Powered by Blogger.
RSS
Container Icon

Fiktif: Atas Nama Cinta #2

Kisah lanjutan dari Fiktif: Atas Nama Cinta

Satu tahun sudah sejak kepergian Arga, kenangan tentangnya tak pernah hilang dan kisah bersamanya tak pernah terhapus. Usaha keras Nadia untuk mencintai Rendy selama ini tak pernah berhasil, semakin dia berusaha yang ada hanya hampa yang terus mengalir mengisi relung hatinya. Hanya kebohongan yang terus terbangun untuk berpura-pura menyayanginya.
Setiap kali Nadia mengungkapkan kejujuran ini pada Rendy hanya kecewa yang akan didapatnya. Kecewa karena tak pernah bisa membalas perasaan Rendy padanya, kecewa karena Rendy selalu menganggapnya tak pernah berusaha untuk melupakan Arga dan belajar mencintainya, dan akhirnya kecewa karena harus berpura-pura untuk mencintai Rendy hanya demi menghindari pertengkaran yang sudah terlalu sering terjadi diantara mereka.
Seperti pagi ini di tempat kerjanya, suasana kantor sudah mulai ramai di awal minggu ini.
"Bertengkar lagi Di?" tanya Zia yang sudah hafal raut muka Nadia kalau sedang bad mood, Zia teman kerjanya yang sudah datang lebih dulu daripada dia.
"Hhhff ... " Nadia hanya menghela nafas sambil menyunggingkan senyum yang dipaksakan ke arah Zia. Nadia menghempaskan tubuhnya ke kursi dan mulai menyalakan komputernya. Hari ini Nadia terlambat datang karena harus menyelesaikan 'perdebatan' dulu dengan Rendy.
"Sampai kapan sih Di kalian akan seperti ini terus?" Zia mendekatkan kursinya ke meja Nadia.
"Entahlah Zi, kamu tahu sendiri sudah berapa kali aku memohon padanya untuk mengakhiri hubungan ini, tapi hasilnya selalu sama, dia tak pernah mendengarkan alasanku," jawab Nadia.
"Ya aku tahu itu, mungkin ini hanya masalah waktu Di, mungkin suatu saat kamu bisa mencintai Rendy," hibur Zia.
"Seandainya perasaan cinta bisa diatur … mungkin ga akan sesulit dan sesakit ini. Kesalahan terbesarku adalah kenapa aku harus menerimanya Zi, kenpa aku berjanji untuk berusaha menyayanginya."
"Tenang Di … " ucap Zia perlahan sambil menepuk bahu Nadia.

***

"Kenapa sih Di kamu selalu kekanak-kanakan seperti ini? Setiap ada masalah kecil selalu minta putus!" bentak Rendy ynag sedang duduk di hadapannya.
"Masalah kecil kamu bilang?" tuntut Nadia yang semakin terpancing emosinya. "Ini masalah hati, Ren! Kamu ga pernah menghargai usahaku selama ini, kamu pikir gampang mengatur hati? Seandainya bisa aku pun ingin bisa mencintaimu, seandainya bisa aku juga ingin membalas semua perhatianmu. Tapi … " Nadia tak sanggup untuk meneruskan kalimatnya karena suaranya tercekat di tenggorokan. Nadia memang sering menangis jika ada hal yang mengganggu hatinya.
"Kalau kamu bisa mencintai Arga, kenapa ke aku tidak bisa? Kenapa kamu tidak berusaha untuk melupakannya?"
"Kenapa kamu harus mengungkit masa lalu lagi?!" Nadia pergi meninggalkan Rendy yang kemudian berlari mengejarnya dan mengatarkannya pulang.

***

"Kamu jahat banget sih Di! Emang salahku apa?!" kali ini Rendy benar-benar marah.
"Aku ga pernah menganggapmu jahat Ren, aku hanya tidak bisa meneruskan hubungan ini, ke depannya ini hanya akan menyiksa kita berdua jika terus dilanjutkan. Aku ga bisa terus membohongi perasaan. Jika cinta itu memang tidak ada kenapa harus dipaksakan?" jawab Nadia yang sudah bulat dengan keputusannya kali ini.
"Tapi kita telah berjanji untuk serius!" tuntut Rendy masih tidak terima dengan keputusan Nadia yang terkesan sepihak.
"Mungkin kamu bisa bahagia dengan terus memilikiku, tapi aku bukan barang yang tak punya perasaan. Apa kamu tidak pernah memikirkan perasaanku juga? Tak pernahkah kamu bertanya apakah aku bahagia jika bersamamu?" sahut Nadia hampir putus asa memberikan penjelasan pada Rendy.
"Aku selalu berusaha untuk membahagiakanmu, apakah selama ini aku pernah mengecewakanmu?" Rendy masih berusaha untuk tidak menyerah.
"Dengan terus memintaku untuk melanjutkan hubungan ini berarti kamu sudah membuatku kecewa."
"Kenapa ga dari dulu Di? Kenapa baru bilang sekarang setelah aku benar-benar berharap padamu?" Rendy semakin memohon, sebenarnya Nadia tidak tega, tapi jika Nadia iba maka kisah hidupnya dengan Rendy akan kembali lagi seperti dulu dan kelak akan ada pertengkaran seperti ini lagi karena hubungan terbangun hanya didasarkan pada rasa tidak sanggup untuk menyakiti, dan itu bukan cinta.
"Lalu selama ini setiap aku meminta putus itu kamu anggap apa? Kamu ga pernah menganggap perasaanku, kamu ga pernah peduli apakah aku bahagia atau tidak menjalani hubungan denganmu selama ini. Maaf Ren, aku sudah tidak kuat lagi. Akan semakin menyakitkan jika terus memaksakan hubungan ini dan ini tidak adil untukku maupun untukmu." Nadia mengakhiri percakapan malam itu.

***

"Aku sedang jatuh cinta Zi," kata Nadia lirih dengan senyum yang mengembang pada Zia ketika makan siang di luar kantor.
"Apa?! Akhirnya kamu jatuh cinta dengan Rendy setelah kamu memutuskan dia? Terus gimana? Kamu mau kembali ke dia?" tanya Zia kaget.
"Bukan dia, tapi orang lain," sahut Nadia cepat dan memberi isyarat pada Zia untuk mengecilkan volume suaranya.
"Hah?! Secepat itu Di?" tanya Zia lebih kaget lagi daripada sebelumnya.
"Dari dulu kan aku sudah bilang Zi, cinta tak bisa diatur, dan cinta suka datang tak terduga," sahut Nadia yang sebenarnya dia sendiri juga tidak percaya dengan perasaannya yang bisa terisi cinta lagi dengan begitu saja oleh orang baru setelah sekian lama dia berusaha untuk mencintai Rendy.
"Jangan-jangan kamu sudah jadian sama dia?" tanya Zia hampir tak percaya dengan pertanyaannya sendiri.
"Belum Zi, aku bahkan baru bertemu dia satu kali. Paling tidak aku bisa bersyukur sekarang, ternyata Tuhan masih menyisakan rasa cinta di hatiku untuk lelaki lain, ternyata aku masih bisa mencintai lelaki lain selain Arga," kata Nadia dengan tersenyum lega.
Mereka berdua melanjutkan makan siang itu sambil mendengarkan alunan lagunya group band Nidji yang tengah diputar di tempat makan itu.

Cinta Tak Pernah Sama

Dan semua berakhir
Aku pun terus hidup
Melayang aku di hujung benak ku

Perih yang aku cari
Yang ku akhiri
Yang membuatku hidup

Sudah berlalu biarkanlah berlalu
Maafkan aku tak kembali padamu

*) Cinta tak akan pernah sama
Tak akan pernah bisa
Paksa aku
Jangan pernah berfikir
Itu salah
Masih banyak cinta di dunia

Dan semua berakhir
Aku pun terus hidup
Melayang aku di hujung benak ku

Perih yang aku cari
Yang ku akhiri
Yang membuatku hidup

Sudah berlalu biarkanlah berlalu
Maafkan aku tak kembali padamu

Back to *)

Lihat diriku hancur karenamu
Lihat diriku berlutut di hadapmu
Lihat diriku hancur karenamu
Hempaskan aku karena dirimu

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS